Semenjak menikah dengan si dia, ada hal yang aneh bin ajaib yang di lakukan dengan makanan yang akan si doi masukan ke mulutnya. Doi biasa menambahkan extra lada hitam, lada putih, extra sambal dan lainnya. Padahal setiap hidangan saya masak menggunakan bahan terbaik, bumbu terbaik dan cita rasa terbaik, pake di gram2in segala bumbunya. Apalagi yang kurang???
Sedari kecil saya sudah biasa memasak, mencoba membuat inovasi masakan kemudian meminta orang lain mencobanya.Kalau enak itu namanya rejeki mereka, kalau tidak? yach namanya juga eksperimen selalu ada kemungkinan 50 % untuk gagal.
Anehnya, saya qo merasa si doi punya hubungan yang sangat dalam dan istimewa dengan makanan yang memasakanya menggunakan cabe dan berbagai macam rempah-rempah. Seperti contohnya, ketika saya memasak sop apapun (ayam, sapi, sosis, buntut atau apapun ‘ you named it”). Dia selalu menambahkan extra lada putih ke atas mangkuk sop miliknya. Apalagi kalau saya membuatkan indomie+telur+lada putih+lada hitam jadi ‘InterlaH’ indomie telu ladah … hah … hah … kepedesan.
“hei, hubby kenapa kamu suka sekali sama rempah2????”
Akhirnya si doi pun menceritakan awal mula kecintaan dia pada rempah-rempah. Semua berawal saat dia berumur 9thn-an. Ketika dia mengetahui kenyataan bahwa kita (baca : Negara ini), di jajah selama 3,5 abad oleh Belanda. kenapa tuh Belanda betah banget ngejajah kita? , lalu muncullah pertanyaan semacam itu dibenak si doi kecil. Setelah mendapatkan penjelasan dari sang guru dan buku-buku sejarah untuk Sekolah Dasar. Dia mengetahui bahwa, salah satu alasan Belanda menjajah kita adalah untuk “rempah-rempah”.
Bisa saya bayangkan kekecewaan dalam benak si dia, anak berumur 9thn yang mengetahui ratusan tahun negaranya di jajah hanya untuk sebuah komoditas yang bernilai tinggi ‘Rempah-rempah’. Pasti dalam kepalanya berkecamuk kebingungan campur kekecewaan. Pertanyaan “kenapa belanda lama banget ngejajahnya? Udah berapa milyar ton rempah yang berhasil di jual dia? Kalau di hitung dengan gaya pedagang pasar induk, sudah berapa keuntungan kita (baca: Negara ini ) ?”
Maka dari semenjak saat itu dia bertekad untuk menghargai jasa para nenek moyang yang telah mengorbankan harta, tenaga dan nyawa mereka demi menanam rempah. Dia putuskan untuk mengkonsumsi rempah-rempah lebih banyak, dalam kondisi apapun di makan dengan apapun. “Apapun makanannya, bumbunya rempah”. Makan gado-gado di tambah taburan lada hitam, makan asinan di campur bumbu kari, makan kue talam di colek bumbu rendang.
“Belanda ajah susah-susah ngejajah kita buat rempah-rempah, makanya kita harus mengkonsumsi rempah sebaik mungkin. Jangan sampai kita di jajah lagi karena rempah.” Si doi menjawab dengan sederhana.
Sungguh perbuatan mulia yang aneh bin ajaib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar